Assalamu’alaikum yeoreobun~
Tulisanku kali ini
dilatar belakangi oleh dua feed Instagram yang lewat di beranda instagram
–yang sebenarnya sudah cukup lama, tapi butuh perjuangan ekstra hingga bisa
tayang dalam bentuk tulisan seperti ini :’)
Satu feed membahas
tentang jurnal terkait penemuan mikroplastik pada ASI (iya, gak salah baca kok
kalian) dan feed yang satu lagi pada keju slice yang biasa nyempil
di tengah burger yang biasa kita makan. Berikut ini adalah gambar dan vidoonya.
Gbr. 1. Feed @txtworldforum tentang penemuan mikroplastik pada ASI |
Semasa kuliah
dulu, penemuan mikroplastik pada objek uji coba seperti kerang hijau menjadi
hal yang cukup lumrah, secara si kerang memang memiliki cara hidup sebagai filter
feeder –mereka makan dengan cara menyaring air, sehingga “diwajar-wajarkan”
saja kalau mikroplastik bisa jadi ikut tersaring. Apalagi kalau mereka hidup di
danau atau sungai yang sudah tercemar oleh sampah plastik.
But, in
breast milk and slice cheese? Seriously? Dua feed tersebut
benar-benar menunjukkan betapa semakin dekatnya hubungan kita dengan
mikroplastik. Dan setelah berselancar lebih jauh di internet terkait topik ini,
bukan hanya pada dua objek diatas, mikroplastik juga sudah ditemukan pada
beberapa panganan seperti garam, buah, sayuran hingga air yang kita minum.
Berharap deket sama doi, eh deketnya malah sama mikroplastik :’)
Apa itu
mikroplastik
Dari katanya
yang sudah mengandung kata ‘plastik’, rasanya tidak sulit mengartikan kata mikroplastik.
Gampangnya, mikroplastik adalah plastik dengan ukuran yang sangat kecil1.
Jika kata sangat kecil ini didefinisikan dalam bentuk angka, maka para ilmuan
yang telah melakukan riset tentang mikroplastik, memetakan bahwa ukurannya tidak
lebih dari 5 mm2. Bisa kebayang ya kira-kira ukurannya sekecil
kayak apa.
Lebih lanjut, dalam
sebuah penelitian yang berjudul A microplastic size classification scheme
aligned with universal plankton survey methods yang dilakukan oleh Bermúdez
dan Swarzenski di tahun 2021 tentang bagaimana pengelompokan ukuran
mikroplastik yang dapat digunakan juga untuk survei plankton (iya plankton, musuhnya
tuan crab di kartun spongebob,,wkwk), mereka mengklasifikasikan lebih detail
lagi tentang ukuran mikroplastik. Surprisingly, berdasarkan ukurannya,
ternyata ada yang lebih kecil lagi daripada mikroplastik2. Untuk
lebih detail, berikut chart-nya ya.
Gbr. 2. Tabel ukuran dan jenis sampah plastik2 |
Berdasarkan
penampakan visual, mikroplastik terdiri dari delapan jenis (menurut saya, lebih
cocok jika disebut sebagai bentuk), yaitu (berurutan berdasarkan gambar dibawah ya), pelet (bukan peletnya mbah dukun
ya,,wkwk), fragmen, serat, film, tali dan filamen, manik mikro, spons/busa, dan
karet3. Selain itu, bisa juga dibedakan berdasarkan bahan
penyusun mikroplastiknya seperti polietilen, polipropilen, polistiren, nilon,
poliester, akrilik, polioksimetilen, polivinil alkohol, polivinil klorida, poli
metilakrilat, polietilen tereftalat, dan poliuretan3 (bacanya bikin
belibet, gpp kalau mau di skip :D).
Gbr. 3. Bentuk-bentuk mikroplastik3 |
Mikroplastik;
salah satu dampak meningkatnya produksi sampah
Kehidupan kita
yang semakin modern, –yang salah satunya ditandai dengan meningkatnya kegiatan
produksi, berimbas dengan meningkatnya pula produksi sampah. Salah satu yang
paling banyak adalah plastik. Plastik yang kita hasilkan berasal dari berbagai
keperluan domestik seperti makan dan minum, keperluan kebersihan, hingga yang
sifatnya berupa hiburan dan reward. Tahun 2022, total sampah plastik di
Indonesia tercatat sebagai ketiga yang tertinggi dari komposisi sampah, yaitu 18%4.
Presentase tadi terbagi lagi ke dalam dua kelompok, yang terkelola dan yang
tidak terkelola. Namun, sampai tulisan ini ditulis, saya belum menemukan angka
pastinya.
Gbr. 4. Beberapa sumber mikroplastik5 |
Sampah yang
terkelola berarti telah melalui proses pilah pilih, termasuk memisahkan mana
yang bisa di kompos dan mana yang bisa di daur ulang menjadi benda baru yang
bisa dipakai kembali. Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah
Nasional, terdapat 37,37% atau 13,390,326.06 (ton/tahun)4 sampah
yang tidak terkelola, termasuk didalamnya sampah plastik. Biasanya yang tidak
terkelola inilah yang bertumpuk di TPA, atau yang biasa kita lihat berceceran
dijalanan, terapung di sungai, hingga yang berakhir di laut. Dari sampah tidak
terkelola inilah kita bisa terpapar bahaya mikroplastik.
Mikroplastik pada
ekosistem laut
Jadi bisa
dibilang, laut ini muara dari segala limbah yang kita produksi di darat, entah
itu karena memang ‘sengaja’ dibuang ke laut atau terbawa oleh aliran air.
Bahkan tak jarang ditemukan limbah dari pabrik skala besar juga berakhir di
laut. Mengacu pada data Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN
PSL), jumlah sampah plastik di laut Indonesia sebanyak 398.000 ton pada 20226.
Lantas bagaimana mikroplastik bisa berakhir di dalam tubuh manusia?
Simpelnya karena
kita mengonsumsi panganan laut yang telah terkontaminasi mikroplastik, yang
terakumulasi dalam tubuh ikan atau seafood yang kita makan melalui
proses bioakumulasi7. Kalau makhluk hidup laut punya kemampuan
berpikir dan ‘melihat’ layaknya manusia –dalam artian mampu mengenali mana yang
makanan dan mana yang sampah, mungkin tidak akan jadi masalah. Namun sayangnya,
kebanyakan biota laut mengandalkan indra penciuman dan pengecap8,
sehingga mereka berakhir mengonsumsi sampah alih-alih makanan mereka sendiri,
apalagi ketika sampah plastik sudah lama mengapung dan terendam di laut hingga
membentuk biofilm.
Contoh sederhana
biofilm adalah ketika terlihat lapisan berlendir (yang paling
sering kita jumpai dalam bentuk lumut) yang menyelimuti benda-benda yang
terendam air dalam rentang waktu yang lama9. Mikroorganisme yang
membuat lapisan tersebut terdiri dari berbagai jenis mikroba, seperti bakteri,
protozoa, fungi, sampai alga –yang merupakan sumber makanan dan nutrien yang
dibutuhkan oleh biota laut9.
Gbr. 5. Biofilm10 |
Jadi
sederhananya, biota laut seperti ikan dan kerang ini tuh sebenarnya cuma mau
mengambil makanan dan nutrient tadi, tapi mikroplastiknya ikut termakan juga
karena ‘baunya’ sudah tersamarkan oleh lapisan biofilm.
And you can
guess the rest of the story. Mikroplastik akan berpindah ke dalam tubuh
kita ketika kita makan seafood yang sudah terkontaminasi mikroplastik
tadi. Kemungkinan kita terpapar mikroplastik melalui konsumsi makanan laut
cukup tinggi, mengingat panganan laut memiliki porsi yang cukup besar sebagai
sumber protein, apalagi posisi negara kita sebagai negara maritim.
Tapi apakah
mikroplastik ini hanya ada pada seafood? Sayangnya dua feed Instagram
yang saya sebut di atas menunjukkan bahwa tidak hanya ada di seafood namun juga
sudah ‘menginvasi’ beberapa jenis pangan seperti madu dan gula, hingga garam
meja11,12,13,14.
Biar gak mumet
amat bacanya, nanti kita lanjut ke part 2. See ya!
Referensi:
1. Microplastics.
(17 Oktober 2023). National Geographic.org. https://education.nationalgeographic.org/resource/microplastics/
2. J.R.
Bermúdez & P.W. Swarzenski (2021, September 29). A microplastic size
classification scheme aligned with universal plankton survey methods. Elsevier.
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2215016121003095
3. Frias, J.
et al. Standardised protocol for monitoring microplastics in sediments. 2018.
Research Gate.https://www.researchgate.net/publication/326552185_Standardised_protocol_for_monitoring_microplastics_in_sediments
4. Capaian
Kinerja Pengelolaan Sampah. (15 Oktober 2023). menlhk.go.id. https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/
5. Where do
microplastics come from? (17 Oktober 2023). Encounter Edu.com. https://encounteredu.com/multimedia/images/sources-of-microplastics
6. Sampah
Plastik di Laut RI Turun Jadi 398.000 Ton pada 2022. (16 Oktober 2023). Data
Indonesia.id. https://dataindonesia.id/ragam/detail/sampah-plastik-di-laut-ri-turun-jadi-398000-ton-pada-2022
7. Plastic in
Food Chain. (17 Oktober 2023). Plasticsoupfoundation.org. https://www.plasticsoupfoundation.org/en/plastic-problem/plastic-affect-animals/plastic-food-chain/
8. Carbery,
M., O’Conner, W., Thavamani, P. Trophic transfer of microplastics and mixed
contaminants in the marine food web and implications for human health.
2018. Environment International. Volume 115: 400-409. Elsevier. https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0160412017322298?via%3Dihub
9. R.
Muhammad., W. Heru. Identifikasi teknologi pencegahan pembentukan biofilm di
permukaan sensor yang digunakan pada teknologi onlimo. 2018. BPPT Indonesia.
https://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JAI/article/view/3774
10. Rummel,
C.D, et al. Impacts of Biofilm Formation on the Fate and Potential Effects
of Microplastic in the Aquatic Environment. 2017. Environ. Sci.
Technol. Lett.2017, 4, 258−267259.
American Chemical Society. https://pubs.acs.org/doi/epdf/10.1021/acs.estlett.7b00164
11. Munoz-Piniero,
M.A., Microplastics: Focus on Food and Health. 2018, Publications Office of the
European Union.
12. EFSA Panel
on Contaminants in the Food Chain (CONTAM), Presence of microplastics and
nanoplastics in food, with particular focus on seafood. 2016. EFSA Journal 14(6).
13. Ritchie,
H. and M. Roser. Plastic Pollution. 2018.
14. The
European Parliament. Plastic in the ocean: the facts, effects, and new EU
rules. 2021.
15. Cover's picture; https://prhe.ucsf.edu/press-release/microplastics-can-harm-human-health-and-existing-national-policy-responses-are
0 comments:
Posting Komentar