F Mengenal Istilah Global Warming; Pengertian dan Serangkaian Fenomena Dibaliknya - Ad Meliora

Mengenal Istilah Global Warming; Pengertian dan Serangkaian Fenomena Dibaliknya

Istilah global warming sepertinya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Apalagi akhir-akhir ini, dimana isu lingkungan semakin banyak di gaungkan oleh para aktivis lingkungan. Saya yang sudah memfavoritkan mata pelajaran yang termasuk dalam rumpun IPA kerap menemukan istilah ini di buku sejak jaman SD hingga SMA dulu. Namun yah itu, hanya tahu sebatas suhu bumi yang semakin panas, diikiuti dengan beberapa langkah sederhana pencegahan seperti tidak menebang pohon, jangan buang sampah sembarangan and that’s it. Well, gak salah sih but, it beyond that.

Anyway, this is my second post on wordpress :’) , hopefully can do this writing thing regularly. Maaf mendadak dangdut jadinya. Okay kembali ke bahasan awal,,wkwk. Lanjut baca ya :D

Sebenarnya pun saya baru ‘benar-benar’ mencari makna dari dua suku kata tersebut setelah pernah beberapa kali membuat konten lingkungan di Instagram (yang sayangnya sekarang saat ini sedang hiatus,,huhu) yang mengharuskan saya untuk riset material dulu sebelum posting kontennya, namanya education content ya. Sebisa mungkin pakai sumber yang valid agar jatuhnya tidak memberi informasi yang salah. Nah anyway, barulah, setelah baca beberapa literatur dari internet –entah itu daro website institute penelitian, jurnal, atau kolom tulisan dari expert di bidang terkait, pemahaman saya alhamdulillah jadi sedikit lebih berkembang 😉. Seperti kenapa fenomena ini bisa terjadi, aktivitas-aktivitas apa saja yang kita lakukan sebagai manusia yang ternyata bisa memperparah efek dari pemanasan global, hingga apa saja dampak yang bisa ditimbulkan bagi kehidupan di bumi.

Sebelumnya, saya mau disclaimer dulu nih. Tulisan yang saya post ini murni hasil dari riset pribadi yang sangat jauuuuuhhh dari kata sempurna. But, as I said before, saya akan coba untuk memasukkanr infomasi dari sumber yang valid (jurnal, website NGO, environment government agencies, institusi risetetc). Sebagai tambahan rujukan informasi yang lebih..apa ya..lebih mudah dipahami? Wkwk… saya akan attach beberapa feed Instagram yang pernah saya buat.

Apa sih global warming a.k.a. pemanasan global?

Oke, untuk pembahasan utama dari tulisan saya kali ini –pengertian global warming atau pemanasan global, pengertiannya saya ambil dari website national geographic. Sebenarnya ada banyak rujukan lain seperti website NASA, misalnya. Namun thanks to the advanced SEO yang dimiliki website national geographic, website mereka muncul di entri kedua hasil pencarian google, jadilah saya memilih yang langsung muncul saja :D tapi tetap di pertimbangkan kok isinya.

Dari website tersebut dirangkum jika global warming is the long-term warming of the planet’s overall temperatureyang artinya jika diterjemhakan ke bahasa Indonesia (saya pakai google translate), pemanasan global adalah pemanasan jangka panjang dari suhu keseluruhan planet. Well, setelah mengulang-ulang, menurut saya bahasanya agak sedikit..entahlah, terdengar kurang enak didengar. Jadi, saya coba perbaiki sedikit kalimatnya menjadi kurang lebih seperti ini:

Pemansan global adalah fenomena kenaikan suhu bumi dalam jangka waktu yang panjang. Bagaimana cukup ringkas bukan?^^

Jika dilihat dari pengertiannya, makna dari pemanasan global ini akan meng highlight satu kalimat yaitu ‘naiknya suhu bumi’. Tentu tidak sulit mengartikan tiga suku kata tersebut. Namun jika kita ulik lebih jauh lagi, kita dapat tahu secara garis besar penyebab dan bagaimana fenomena pemanasan global bisa terjadi. Untuk membahas ‘naiknya suhu bumi’ ini lebih lanjut, saya akan attach satu feed Instagram yang pernah saya buat –yang kebetulan membahas topik yang sama.

Too complicated? Unfortunately, yes. Itupun informasi dari satu feed di atas sudah saya coba ringkas supaya lebih understandable :’) . dan memang itulah faktanya. Jika kita ingin tahu lebih lanjut tentang pemanasan global ini, kita harus ulik istilah-istilah lain seperti yang ada pada gambar; lapisan atmosfer bumi, gas-gas yang ada didalamyna, fungsi gas-gas tersebut, pemantulan panas, sumber gas rumah kaca, hingga efeknya yang merupakan buntut dari fenomena pemanasan global.

Berhubung karena pada feed tersebut sudah ada penjelasan singkatnya, sehingga apa yang akan saya tulis pada paragraf-paragraf berikutnya mungkin hanya bersifat tambahan. So, please, jangan pusing dulu ya 😊 kita coba bahas satu-satu, pelan-pelan,,wkwk. Saya juga pas di awal ada niatan untuk tau lebih dalam tentang ini juga merasa overwhelmed dengan banyaknya informasi yang bertebaran di internet. This is one reason why I want to write this topic; untuk menyederhanakan informasi yang too much to digest (hopefully,,wkwk).

Anyway, diatas itu adalah gambar keenam dari sepuluh feeds Instagram (termasuk references) yang pernah saya post. Pada gambar tersebut terdapat kata 'troposfer' yang merupakan salah satu lapisan dari atmosfer bumi. Lapisan ini punya peran penting untuk keberlangsungan kehidupan saya, kamu, kita semua makhluk hidup yang menghuni planet bumi adalah lapisan troposfer. Berikut akan saya attach pengertian dari troposfer dari satu website.

Saya tidak akan menjelaskan perihal si troposfer ini lebih lanjut demi efisiensi waktu (mood menulis yang labilnya sudah kayak remaja..wkwk). But, buat kamu yang mau lebih tau seputar lapisan ini, kamu bisa berkunjung ke situs https://scied.ucar.edu/learning-zone/atmosphere/troposphere, karena dari semua situs yang saya kunjungi, I think they provide better explanation dan yang pasti lebih mudah dipahami.

Gas rumah kaca dan efek rumah kaca

Pembahasan utama akan saling terkait dengan lapisan troposfer bumi. Teman-teman pasti sudah familiar (hopefully ya :D ) dengan istilah greenhouse gasses atau gas rumah kaca. Nah jenis gas rumah kaca ini berada pada lapisan troposfer bumi. Kayak kurang kerjaan banget ya gas-gas ini, nongkrongnya di lapisan troposfer bumi, padahal ada begitu banyak tempat asik nan nyaman untuk ditongkrongi, kayak di Gramedia kek atau ngekafe kek sambil ditemani segelas boba dan buku kan lebih seru :D Tapi, ternyata sekali lagi, itu semua demi kepentingan kita sebagai penduduk bumi.

Penjelasannya cukup simple karena kita butuh energi panas yang terpancar melalui sinar matahari untuk menunjang setiap aktivitas sehari-hari kita. Dalam satu tulisan berjudul What Would Earth’s Temperature Be Like Without an Atmosphere? pada website wired.com dijelaskan apa yang akan terjadi pada suhu bumi without atmosphere. Disana dijelaskan bahwa suhu rata-rata permukaan bumi bisa turun menjadi 13,2 Celsius which is 13,9 Celsius lower than the actual average temperature; 27,1 Celsius. Ini adalah salah satu fakta baru yang saya baru tahu (huhu) karena seingat saya, saya pernah membaca satu tulisan di internet yang mengatakan kalau suhu bumi tanpa atmosfer bisa mencapai – puluh sekian minus celsius. Lebih lanjut, sang author menjelaskan bahwa jika skenario penurunan suhu bumi benar-benar terjadi (naudzubillah, amit-amit dah) penurunannya tidak akan sama pada setiap wilayah, tergantung dari ketinggian dan belahan bumi mana suatu wilayah tersebut berada.

If you guys want to read more about that article knidly click the link on the reference’s section.

Oke, balik ke energi panas yang telah dipancarkan oleh matahari tadi. Energi panas ini tentu tidak semua yang kita perlukan. Sisa panas yang tidak kita butuhkan akan dipantulkan lagi ke angkasa luar. Adapun panas yang dibutuhkan akan dipantulkan bumi ke lapisan troposfer tadi dan diseraplah oleh apa yang selalu disebut-sebut sebagai gas rumah kaca sehingga panas tersebut tetap ‘terperangkap’ di dalam bumi. Gas rumah kaca yang dimaksud disini adalah bukan hanya satu, tapi berdasarkan website Kementrian Lingkungan Hidup, terdiri atas beberapa gas, yaitu H2O (uap air), CO2 (karbon dioksida), NO2 (nitrogen dioksida), CH4 (metana), NO (nitrogen monoksida), CFC (Chloro fluoro carbon), dan SO2 (belerang dioksida). Dari peristiwa diserapnya energi panas tadi oleh gas rumah kaca, muncullah satu lagi istilah yang saya yakin teman-teman juga sudah sangat familiar, yaitu efek rumah kaca.

Dikatakan efek rumah kaca karena efeknya memang serupa dengan sebuah wadah kaca yang disinari Cahaya matahari, maka panas akan terperangkap dan dapat ‘menghangatkan’ apa saja yang ada didalam wadah kaca tersebut. Jadi bisa dibilang kalau kita-kita inilah yang berada dalam sebuah wadah kaca (bumi) yang memerlukan energi panas dari matahari. Singkatnya gas rumah kaca ini kita butuhkan, karena mereka inilah yang bertugas untuk mempertahankan suhu bumi tetap hangat dan layak huni.

Yes, jadi selama konsentrasi gas rumah kaca di lapisan troposfer dalam jumlah yang stabil, maka sebenarnya tidak apa. Namun faktanya, sejak zaman pra industri berlangsung pada abad ke, diketahui jika konsentrasi gas rumah kaca kian hari semakin naik. Hal ini juga akan mempengaruhi ‘banyaknya’ panas yang dapat terperangkap di dalam bumi dan berdampak pada suhu di bumi yang akan semakin panas juga. Nah, dari fenomena inilah asal muasal term pemanasan global atau global warming muncul. Karena panas yang terperangkap di dalam bumi akibat peningkatan gas rumah kaca sudah melebihi dari apa yang kita butuhkan. Beberapa aktivitas yang mampu meningkatkan kadar gas rumah kaca ini adalah terutama karena aktivitas sehari-hari manusia di berbagai bidang, seperti penggunaan bahan bakar fosil, (minyak bumi dan batu bara), pembabatan hutan, serta aktivitas pertanian dan peternakan yang didalamnya mencakup kegiatan penggunaan pupuk dan proses pembusukan.

Soooo, bisa disimpulkan bahwa global warming atau pemanasan global adalah salah satu dampak yang terjadi karena meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca. Karena saya bilang salah satu, berarti dampaknya tidak berhenti disitu. Beberapa dampak lainnya adalah perubahan iklim itu sendiri, yang selanjutnya akan berlanjut pada kerusakan lingkungan, penurunan kualitas kesehatan manusia, sampai mempengrauhi siklus ekonomi global. Itulah mengapa isu global warming ini sudah menjadi salah satu isu global yang perlu sesegera mungkin dicari solusi paling efektifnya agar dampak-dampak diatas tidak sampai pada skenario terburuknya.

Lantas apakah tidak bisa dicegah? Tentu bisa. Beberapa aktivitas-aktivitas seperti mematikan alat-alat listrik setelah digunakan, lebih memilih menggunakan transportasi umum, mengurangi kebiasaan konsumtif yang tidak perlu dan mengelola sampah dengan bijak adalah hal-hal yang bisa kita lakukan untuk menekan meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca.

Semoga apa yang saya tuliskan pada tulisan kali ini bisa menjadi wawasan baru yang bermanfaat bagi teman-teman ya. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya!

Reference:

Pratama, Riza. 2019. Efek Rumah Kaca Terhadap Bumi. Buletin Utama Teknik Vol. 14, No. 2 Januari.

https://scied.ucar.edu/learning-zone/atmosphere/troposphere

https://www.wired.com/story/what-would-earths-temperature-be-like-without-an-atmosphere/

CONVERSATION

0 comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.